"Inspirasi dari Imam Musbikin"
Sumber Gambar : http://arc-atmajaya.org |
Tersebutlah dalam sebuah keluarga kecil yang nampaknya harmonis, rukun dan damai. Sang ayah sibuk bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga, begitu pula dengan sang ibu yang turut membantu mencari nafkah. Dengan alasan pendapatan yang kurang mencukupi kebutuhan keluarga, keduanya sibuk dan hanya meluangkan waktu sedikit untuk bersama buah hatinya semata wayang. Anak laki - lakinya tumbuh berkembang dengan sebagian besar waktunya dihabiskan bersama sang pengasuh.
Suatu hari, selepas ayahnya pulang bekerja, dia melihat anak lelakinya sedang bermain rumah - rumahan dan ditemani dengan mainan bonekanya. Betapa kagetnya sang ayah, apa yang terjadi dengan perkembangan perilaku anaknya ? Tersadar dia, kemana selama ini dia berada ? Menemani dan membimbing perkembangan perilaku anaknya. Kekhawatiran pun muncul, anak lelakinya akan tumbuh dengan homoseksualitas serta perilaku menyimpang menjadi seorang "gay".
Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama (https://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas). Reaksi kegelisahan dan perasaan bersalah seperti tersebut di atas sering muncul pada orang tua yang mempunyai anak laki - laki. Namun, adakah korelasinya antara bermain rumah - rumahan, memainkan peran perempuan, dan mendandani boneka dengan perilaku menyimpang pada anak laki - laki ?
Berdasarkan hasil penelitian yang diungkapkan pada tulisan Imam Musbikin (2005 : 9), ternyata reaksi terhadap persoalan dugaan perilaku menyimpang pada anak laki - laki tak perlu disikapi dengan berlebihan. Ada anggapan bahwa seorang anak laki - laki yang homoseks atau gay terjadi karena terlalu dominannya sentuhan psikologis seorang ibu dan kurangnya pengaruh dari sang ayah, sehingga anak tersebut cenderung ingin meniru menjadi seorang ibu. Anggapan seperti itu ternyata tidak tepat. Hasil penelitian Kinsey Institute for Research in Sex, Gender and Reproduction di Amerika menurut Imam Musbikin (2005 : 10), bahwa tidak benar para pria homoseks tumbuh dengan membawa keinginan meniru sang ibu. Hampir tidak ditemukan kaitannya antara homoseksualitas dengan interaksi anak laki - laki bersama sang ibu, begitu pula dengan lemahnya interaksi sang ayah tidak diyakini menjadi penyebab homoseksualitas seseorang.
Adalagi anggapan lain yang keliru, bahwa seorang anak lelaki menjadi homoseks karena ia mendapatkan pengalaman pelecehan seksual (dirayu, diajak berhubungan intim) pada masa lalu oleh orang yang lebih dewasa. Kembali pada hasil penelitian di atas, bahwa anggapan tersebut tidak didukung oleh bukti - bukti yang kuat. Menurut penuturan para pria homoseks, bahwa pengalaman homoseksual mereka pertama kali dialami dengan anak laki - laki seusia mereka sendiri (Musbikin, 2005 : 10). Jadi, homoseksualitas bukanlah sesuatu yang ditularkan dari orang dewasa kepada anak laki - laki.
Dengan demikian, bahwa anggapan - anggapan yang keliru tentang penyebab homoseksualitas pada anak laki - laki adalah sebagai berikut :
- Dominannya pengaruh psikologis seorang ibu.
- Pengalaman pelecehan seksual oleh orang dewasa.
Orang tua tak perlu merasa bersalah terlalu berlebihan, merasa sebagai penyebab kelainan pada anak lelakinya.