Artikel Refleksi
CGP. Andri Friyanto, Angkatan 3
Asesmen Diagnosis dengan Bantuan Aplikasi Aku Pintar Siswa
Tugas rancangan didasari oleh materi dari modul 3.1 dan 3.2, sekaligus menjadi langkah awal aksi nyata pada modul 3.3. Dalam modul yang mempelajari materi tentang Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid, Calon Guru Penggeraknya (CGP) diminta untuk membuat aksi nyata. Selanjutnya aksi nyata dituangkan dalam sebuah artikel refleksi yang disusun menggunakan metode refleksi 4P, yaitu Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Perubahan.
Berdasarkan hasil rancangan yang telah dibuat, Saya pun melakukan serangkaian aksi nyata. Rangkaian aksi tersusun dalam tabel sebagai berikut.
Refleksi aksi nyata dari implementasi program Asesmen Diagnosis dengan Bantuan Aplikasi Aku Pintar Siswa tertuang dalam komponen – komponen sebagai berikut.
PERISTIWA
Proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Kuningan saat ini menerapkan pembelajaran kombinasi antara daring dan luring. Kondisi ini menuntun pada kebutuhan adaptasi antara kemampuan Guru dan Murid dalam menyikapi proses pembelajaran. Tidak hanya itu, pemenuhan kebutuhan gaya belajar Murid dalam proses pembelajaran perlu menjadi perhatian Guru, agar setiap Murid mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.
Kebutuhan Murid di kelas dalam kegiatan belajar sangat beragam. Begitu pula dengan potensi yang dimiliki Murid. Supaya setiap Murid memiliki pengalaman belajar yang bermakna, maka seorang Guru harus mampu membuat pemetaan kebutuhan gaya belajar setiap Murid di kelasnya. Hal ini sangat berguna bagi Guru untuk menentukan rancangan proses pembelajaran yang paling sesuai dengan kebutuhan gaya belajar Murid di kelas.
Kesadaran akan keberagaman kebutuhan gaya belajar Murid, Guru dapat menjadikan pembelajaran berdiferensiasi (differentiated learning) sebagai cara pengembangan pengalaman belajar Murid. Telah dikemukakan oleh Tomlinson (2000) bahwa Pembelajaran berdiferensiasi atau differentiated learning adalah bentuk proses pembelajaran di kelas yang disesuaikan dengan keberagaman kebutuhan gaya belajar setiap peserta didik atau Murid. Hal ini bukan berarti dalam memenuhi kebutuhan gaya belajar Murid, seorang Guru harus mengajar menggunakan cara sebanyak jumlah Murid yang diajarnya. Misalnya, jika dalam satu kelas terdapat tiga puluh Murid, bukan berarti Guru harus mengajar dengan menggunakan tiga puluh cara yang berbeda. Guru dapat membuat kategori besar yang mewakili masing – masing kebutuhan gaya belajar Murid, kemudian merancang pembelajaran sesuai dengan kategori – kategori tersebut.
Kenyataan menunjukkan bahwa masih ada Guru yang belum memahami mengenai pembelajaran berdiferensiasi. Mengingat urgensi dari pembelajaran ini, maka Saya perlu melakukan transfer pengetahuan kepada rekan Guru yang lain. Agar dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah dapat dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Transfer pengetahuan tentang pembelajaran berdiferensiasi akan dilakukan melalui sosialisasi konsep, praktik, pembentukan komunitas, dan pengenalan aplikasi Aku Pintar Siswa. Hasil akhir dari aksi nyata ini adalah penggunaan aplikasi Aku Pintar Siswa di sekolah. Aplikasi ini sangat membantu untuk memetakan kebutuhan gaya belajar Murid, dan rasanya Saya harus mendukung agar Kepala Sekolah memutuskan untuk menggunakan aplikasi ini secara resmi.
Berangkat dari kondisi tersebut, Saya pun berusaha menyusun langkah – langkah strategis. Langkah – langkah tersebut tertuang dalam tindakan aksi nyata sebagai berikut.
Pertama, koordinasi dengan Kepala Sekolah dan rekan Guru. Saya melakukan aksi nyata ini sebagai bentuk tugas dan tanggung jawab bawahan terhadap atasan, serta kepada sesama rekan Guru. Selain itu juga untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan aksi nyata. Hasil dari aksi nyata ini adalah adanya dukungan dari Kepala Sekolah dan rekan Guru untuk melaksanakan rangkaian aksi nyata pengambilan keputusan dan pengelolaan program yang berdampak pada Murid terkait penggunaan aplikasi Aku Pintar Siswa.
PERASAAN
Aksi nyata modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid, berkat kolaborasi dengan Kepala Sekolah, rekan Guru dan Murid bisa terlaksana dengan baik. Saat pelaksanaan perasaan lebih lega dan tenang, hal ini karena kegiatan dapat terlaksana sesuai rencana. Demikian halnya setelah aksi nyata selesai, perasaan bahagia sekaligus lebih tertantang untuk menjaga kolaborasi yang baik dengan semua pihak serta meneruskan pemanfaatan dari aplikasi Aku Pintar Siswa untuk kepentingan Asesmen Diagnosis.
PEMBELAJARAN
Banyak pembelajaran baru dalam perubahan yang telah dilakukan. Pembelajaran tersebut terkait dengan diri sendiri maupun orang lain. Salah satu pembelajaran baik bagi diri sendiri yaitu, bahwa langkah awal yang baik bagi sebuah perubahan dimulai dari kolaborasi. Dalam kolaborasi ada pembelajaran tentang menyamakan persepsi untuk menyusun langkah perubahan. Pembelajaran baik lainnya, yaitu terkait kendala dari rencana yang telah disusun. Adanya kendala akan membuat rencana berubah. Oleh karena itu, penting untuk menyiapkan strategi alternatif dalam implementasi aksi nyata. Sementara pembelajaran dari orang lain terutama terkait dengan pentingnya dukungan dari Kepala Sekolah, rekan Guru, dan Murid.
PENERAPAN KE DEPAN
Perubahan nyata dalam diri, yaitu adanya tekad menguatkan kolaborasi sebagai bentuk dukungan dari dan terhadap orang lain. Hal ini penting kaitannya dengan implementasi perubahan ke depannya. Selain itu, rasa optimis yang meningkat terutama terkait dengan kompetensi diri dalam pengambilan keputusan, pembelajaran berdiferensiasi dan pemetaan kebutuhan gaya belajar. Hal ini akan berpengaruh nyata terhadap keputusan yang diambil ke depannya terkait peran sebagai pemimpin pembelajaran. Perubahan lainnya, yaitu semakin meningkatnya komitmen diri untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Serta komitmen dari sekolah, melalui keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Sekolah untuk menggunakan aplikasi Aku Pintar Siswa sebagai media untuk melaksanakan Asesmen Diagnosis.
Demikian portofolio aksi nyata modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid ini disusun. Semoga dapat memberikan perubahan yang lebih baik dalam melaksanakan proses pembelajaran.