Liputan, opini dan pembelajaran

Monday 11 March 2024

Jangan Tersenyum Pada Orang Buta Dan Jangan Berbisik Pada Orang Yang Tuli


Pagi ini Saya sedang iseng membuka salah satu aplikasi media sosial di perangkat telepon. Tiba-tiba dihadapkan pada sebuah tulisan seperti ini, "jangan tersenyum pada orang buta dan jangan berbisik pada orang yang tuli". Sepintas Saya berucap, "ah perbuatan yang sia-sia, tak ada gunanya kalimat ini". Namun kemudian, kalimat tersebut muncul kembali di akun lain medis sosial yang sama. Akhirnya menimbulkan penasaran Saya untuk mencari makna dari tulisan tersebut.
Tidak banyak referensi yang Saya dapatkan tentang makna kalimat tersebut diantaranya sebagai berikut. Satu yang Saya dapatkan tentang makna kalimat tersebut, yakni sebagai perumpamaan tentang hal yang mubazir (Aditya Nugroho, 2010. eramuslim.com). Seperti menguatkan persepsi awal Saya, bahwa memang tidak ada manfaatnya ketika Kita tersenyum pada orang buta dan berbisik pada orang yang tuli, karena secara lahiriah tidak ada kemampuan untuk berinteraksi dengan kondisi tersebut.
Namun Saya coba memaknai lebih bijak lagi tentang makna kalimat tersebut. Bahwa ungkapan "jangan tersenyum pada orang buta dan jangan berbisik pada orang yang tuli" mengandung makna Kita harus menghargai dan memahami kondisi atau keadaan seseorang sebelum berbicara atau bertindak. Secara kiasan, ungkapan ini mengajarkan kepada Kita untuk mempertimbangkan keadaan, kebutuhan, atau keterbatasan orang lain sebelum berinteraksi dengan mereka.

Dalam konteks ungkapan ini, jika melihat sesuai dengan kondisinya maka Saya memaknai sebagai berikut.
  • Jangan Tersenyum pada Orang Buta: Orang buta tidak bisa melihat senyuman Kita, oleh karena itu tersenyum pada mereka mungkin tidak akan memiliki dampak yang diharapkan. Namun, secara simbolis, ungkapan ini mengingatkan Kita untuk tidak menyakiti perasaan orang lain dengan tindakan yang tidak relevan atau tidak dapat dipahami oleh mereka.
  • Jangan Berbisik pada Orang yang Tuli: Orang yang tuli tidak bisa mendengar pembicaraan Kita, jadi berbisik pada mereka akan sia-sia. Ungkapan ini menegaskan bahwa Kita harus berbicara dengan jelas dan terbuka kepada orang-orang, serta menghormati keadaan mereka dengan tidak berbicara di belakang punggung atau dengan maksud menyembunyikan informasi dari mereka.
Secara keseluruhan, rasanya ungkapan ini mengajarkan kepada Kita untuk lebih peka terhadap orang lain, menghargai keadaan dan keterbatasan mereka, serta berkomunikasi dengan penuh pengertian dan menjunjung rasa hormat.

Share:

0 Comments:

Post a Comment

Komentar anda sangat berharga buat kami.

Website Translator

Visitors

Visitors Location

Followers Blog

Submit Comments